Tuesday 11 June 2013

Pesan buat Dai'


Pesan untuk Para Dai'

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya sampai kepada kita.

Allah Ta'ala berfirman :

Artinya : Hai  orang-orang  yang  beriman, bertaqwalah  kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab: 70-71]

Ayat  ini yang selalu  diulang-ulang oleh  para khatib, mubaligh,  penceramah dan pemberi nasehat, maka orang yang tidak bisa membaca selalu mendengarnya dari mereka, terkandung didalamnya seruan dari Allah Jalla wa'azza kepada hamba-Nya yang beriman, Ia menyeru mereka dengan sifat mereka yang agung lagi mulia yaitu sifat iman, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

Artinya: Hai  orang-orang yang  beriman, bertaqwalah  kamu  kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar. [Al-Ahzab 70]

Ia menyeru  mereka  dengan  memakai  sifat yang mulia yaitu sifat iman, lalu Ia memerintahkan mereka akan suatu urusan yang berat lagi agung yaitu bertaqwa, sesungguhnya taqwa kepada Allah Jalla waazaa adalah puncak kebaikan, dan penentu segala urusan. Pintu-pintu kebajikan berbagai macam bentuknya, begitu juga jalan-jalan keburukan bermacam-macam, semua itu terkumpul dalam kata: (Bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar), bertaqwa kepada Allah - sebagaimana yang telah diketahui oleh kebanyakan kalian dan tidak lagi tersembunyi bagi kita semua - ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah berdasar cahaya(petunjuk) dari Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dan takut dari azab-Nya, dan juga meninggalkan maksiat yang dilarang oleh Allah mengharapkan pahala dengan meninggalkannya, dan takut akan azab bila melakukannya, melanggar dan mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah.

Taqwa  merupakan  diantara wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (sebelum beliau wafat), sebagaimana dalam hadits Irbad bin Sariyah Shallallahu 'alaihi wa sallam dimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (pada suatu hari) menasehati sahabatnya dengan nasehat yang agung dan memberikan pengaruh yang besar bagi diri mereka, yang membuat hati bergetar dan air mata bercucuran, lalu mereka berkata: wahai Rasulullah ! seolah-olah ini adalah nasehat orang yang akan berpisah(meninggal), maka wasiatkanlah kepada kami: lalu beliau bersabda : (Saya mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah). Beliau mengawali wasiatnya dengan taqwa, dan taqwa juga merupakan wasiat Allah jalla wa'azza kepada orang-orang terdahulu dan yang kemudian. Sebagaimana dalam firman Allah :

Artinya: Dan  sesungguhnya  Kami  telah memerintahkan kepada orang-orang diberi kitab sebelum  kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah.[An-Nisaa: 131]

Saudaraku sekalian, sesungguhnya kata-kata yang agung dan luas makna ini apabila seorang hamba memperhatikan, meneliti dan menghayatinya serta mengambil pelajaran darinya, niscaya ia akan mendapatkannya mengandung seluruh (ajaran) agama islam, melaksanakan perintah dengan mengharapkan pahala, dan meninggalkan larangan karena takut akan azab, inilah yang (disebut) agama, engkau beribadah kepada Allah diatas cahaya (petunjuk) dari Allah dan mengharapkan pahala, dan takut dari azabNya.

Ketaqwaan  tidak  akan  mungkin  diperoleh  kecuali  dengan  ilmu,  Allah  Ta'ala berfirman:

Artinya : Maka  ketahuilah,  bahwa  sesungguhnya  tidak  ada  Tuhan (Yang Hak) melainkan  Allah  dan mohonlah ampunan bagi dosa-dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. [Muhammad :19]

Bagaimana bisa mengetahui yang salah dan benar kecuali hanya dengan ilmu, kita mengetahui kebenaran lalu kita memuji Allah ta'ala yang telah menunjukimu kepadanya, dan meminta tambahan karunia dari-Nya, kita mengetahui yang salah lalu meminta ampunan dari-Nya jika kita terjerumus kedalamnya, dan sebelum itu kita (berusaha) menjauhinya. Akan tetapi jika kita terjerumus kedalamnya kita meminta ampun kepada Allah kemudian bertobat kepada-Nya dan ini adalah kebaikan yang besar. Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : (Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan atasnya Ia akan memberikannya pemahaman dalam agama). Memahami  agama Allah adalah dengan mengetahui hukum-hukumnya, perintah-perintah dan larangan-Nya serta mempelajari syariat-Nya, ini merupakan nikmat yang paling besar, sesungguhnya  orang yang tidak mengetahui hukum-hukum agama dan dalil-dalilnya ia akan hidup bingung kanan dan kiri, (berada) diantara syubhat dan syahwat.

Dan siapa yang berada  diantara  dua  jurang ini - jurang  syubhat  dan  jurang syahwat ?ia akan celaka, segala urusan baginya bercampur-baur tanpa ada (sedikitpun) padanya pembeda, dan hawa nafsu (senantiasa) menguasainya dan ia tidak mendapatkan didalam hatinya pertahanan dan penasehat yang mengingatkannya kepada Allah, dan saat menghadap-Nya, berdiri dihadapan Allah di hari akhirat, kala itu ia akan celaka -kita memohon kepada Allah keamanan dan keselamatan-. Maka pemahaman terhadap agama sangatlah penting, kedudukan setiap orang dalam agama tergantung kepada kepahamannya  terhadap agama. Dan kebaikan akan luput darinya sesuai dengan kadar kelalaiannya dari hal tersebut. Maka kita semua wajib untuk mencapai hal itu, yaitu pemahaman terhadap agama.

Dan lebih wajib lagi atas orang yang meletakkan dirinya di atas (jalan) dakwah kepada Allah jalla wa'azza, siapa yang meletakkan dirinya diatas dakwah, ia wajib memahami dan mengetahui apa yang ia dakwahi dan mengetahui keadaan orang yang ia dakwahi. Dan  meletakkan hukum-hukum Allah dengan benar, sebagaimana yang diperintahkan Allah jalla waazza, dan  dikehendaki dan dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Apabila ia berdakwah tanpa  ilmu maka apa yang  ia rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki, karena seorang  penyeru  kepada Allah otomatis ia juga pengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran. Dan orang yang mengajak kepada kebaikan mesti tahu betul akan kebaikan, tahu kemungkaran, mengetahui keadaan orang yang ia ingkari. Dan hendaklah ia bijaksana, lembut, mengetahui mafasid (kerusakan) dan maslahat (yang akan terjadi), kapan ia maju (melakukan suatu tindakakan) dan kapan ia menahan dirinya, kapan ia mendahulukan (suatu pekerjaan) dan kapan ia mengakhirkan. dan (mengetahui) apa yang harus ia dahulukan dalam berdakwah, dan apa yang boleh ia akhirkan.

Dan hendaklah ia berlemah- lembut kepada manusia, dan sebagainya dari bermacam-macam masalah yang ditempuh oleh ulama-ulama islam rahimahumullah, dibawah naungan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah dan melakukan hisbah, hisbah yang saya maksud adalah mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran sebagaimana berlalu, dan kedudukan ini ?kedudukan penyeru kepada Allah ?adalah kedudukan yang paling tinggi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

Artinya :  Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholeh dan berkata : sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantara mereka ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. [Fushilat : 33-34]

Apa yang dikhabarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala   ini sedikit  sekali orang yang memikirkan dan memahaminya.

Sesungguhnya  dakwah  itu  adalah  urusan yang  sangat  mulia, oleh  sebab  itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak membiarkannya begitu saja dan tidak jelas, sebagaimana yang telah kalian ketahui wahai saudara sekalian, tentang hadits Mu'adz dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kisah pengutusannya ke negri Yaman dan wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepadanya : “Sesungguhnya engkau (akan) mendatangi kaum ahli kitab (yahudi & nasrani), hendaklah dakwah yang pertama sekali engkau serukan adalah (mengajak) mereka mentauhidkan Allah), dan didalam lafadz yang lain : ( (Adalah) Syahadah bahwa tidak ada  sesembahan yang diibadati dengan Haq selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, jika mereka menerima seruanmu itu maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka menerima seruanmu itu, maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang kaya mereka dan diberikan kepada orang yang miskin (diantara) mereka” [Al-Hadits].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam   menjelaskan  didalam hadits  ini  apa   yang pertama sekali dimulai (dalam berdakwah). Seorang da'i (dalam dakwahnya) wajib untuk menempuh jalan yang benar, jalan yang syar'i jauh dari perasaan atau semangat yang (pada hakikatnya), hendaklah ia tidak bersikap lunak pada apa yang dikeraskan oleh Allah, dan tidak keras pada apa yang dimudahkan Allah, maka hendaklah ia berlemah-lembut di dalam dakwahnya, lembut bukan karena lemah, dan keras terhadap musuh-musuh Allah bukan (pula) karena ganas, maka pada saat itu ia seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hendaklah ia memulai dengan memberi kabar gembira sebelum menyampaikan peringatan.

Sebagaimana  firman  Allah yang  menggabarkan sifat Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam :

Artinya : Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan jadi cahaya yang menerangi.[Al-Ahzab 45-46]

Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. [Al-Ahzab 48]

Perhatikanlah ayat-ayat ini wahai saudara sekalian, yang mana didalamnya Allah menyeru kepada rasul-Nya : (Hai nabi sesungguhnya Kami mengutusmu) untuk apa ? (untuk jadi saksi) saksi bagi manusia, (dan pembawa kabar gembira) pemberi kabar gembira tentang rahmat Allah ta'ala, dan surga yang disediakan oleh Allah bagi wali-wali-Nya(orang yang beriman dan bertaqwa) sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang mereka :

Artinya : Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga) ; mereka kekal didalamnya. [Ali Imron : 107]

Rahmat  Allah itu adalah surga -kita  memohon  kepada  Allah  supaya  ia  tidak mengharamkan bagi saya dan kalian rahmat-Nya-, ia memberi kabar gembira dengannya(surga tersebut), maka orang-orang yang dihati mereka ada kebaikan dan keutamaan dan mempunyai akal yang sehat ia akan menerima kabar gembira itu, dan barangsiapa yang membangkang maka ia diberikan peringatan. - peringatan, ditakut-takuti, dan ancaman - sesungguhnya hati itu tidaklah sama, ada yang cukup menerima dengan kabar gembira dan ada juga yang tidak bermanfaat baginya selain dengan peringatan, ditakuti dan ancaman.

Kemudian Allah menjelaskan atau memerintahkan dengan firman-Nya:

Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. [Al-Ahzab 48]

Pada  ayat  ini (terdapat)  petunjuk  bagi  para da'i setelah  Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , agar menempuh jalan yang ditempuh oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam , dan hendaklah mereka berhati-hati terhadap orang-orang munafik yang memata-matai didalam barisan, yang mana mereka menghasut didalam barisan kaum muslimin dan membiarkan dan menyebarkan diantara mereka berita bohong maka hendaklah berhati-hati terhadap mereka. kenapa? karena mereka itu merusak kaum muslimin, dan begitu juga orang kafir, tidak ada perhitungan bagi mereka, janganlah mentaati mereka untuk mendurhakai Allah, janganlah pula bermanis-manis muka dalam agama Allah dan berlembut-lembut terhadap mereka. Dan hendaklah mendakwahi mereka kepada Allah, jika mereka enggan maka tidak ada antaranya dan mereka kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Allah, dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , dan yang telah beliau jelaskan didalam syariatnya yang suci.





Maka seorang da'i itu hendaklah alim, fakih (memahami), dan tamak dalam memberi petunjuk kepada manusia. Mengeluarkan segala kesanggupannya dan menjauhi kekasaran dan kekerasan, firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

Artinya : (maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya) [Ali Imran:159]

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More