Tuesday 18 August 2009

Sedekah itu Indah dan Barokah

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (3:92)... Itulah yang terdengar oleh Sidiq, anak dari pak Abdul binTitan, seorang ustadz kondang dalam ceramah tunggalnya dalam Peringatan Isra Miraj di kampungnya. Kemudian Sidik tidak pikir panjang lebar mendengar apa yang diceramahkan ayahnya itu langsung ke belakang mengambil si Pelung, ayam kecintaan ayahnya, lalu dipotong dan dimasaknya, kemudian dibagikan kepada tetangga sekitarnya. Pagi pagi ketika makan bersama, pak Abdul bintitan, berkata kepada Sidik, menanyakan kondisi si pelung, bahwa dia tidak mendengar suara kong korongooook ngok ngoknya, seperti biasanya yang selalu membangunkan dia dan keluarganya dengan kokok pagi2, tapi kali ini tidak terdengar lagi... Kenapa si pelung tidak bernyanyi tidak ada suaranya ya Diq?, tanya ayahnya kepada Sidiq, ... Kemudian ibunya yang menyahut, har... ari ayah? kan kemarin sudah dipotong ama Sidiq, sudah dibagikan atuh dagingnya ... Tentu saja pak Abdul, terkejut, muka keriput, marrah ... Kenapa kamu pootoong siidiiiq? ... Sidik menjawab: Bukankah ayah yang menyampaikan dalam ceramahnya "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. " ... Pak Abdul teriak, Taapi kenaapa harus sii peluuung? ... Karna saya tahu apa yang ayah cintaii... si pelung itu kan, yah? Sidiq coba mengingatkan ayahnya... Itu mah ceramah buat mustami, jamaah kampung kita, bukan buat kiitaaa, tapi buat mereka agar memberikan apa yang di cintainya huh, kata pak Abdul kesal .... Begitukah kondisi ustadz kita? coba kita tengok Syaidina Ali dan keluarganya yang pada saat itu pagi2 tidak ada sesuatu makanan sedikitpun di rumah mereka. Sekembali dari masjid Ali pulang ke rumahnya dan bertanya kepada siti Fatimah... Wahai istriku adakah makanan untuk kita hari ini?... Belum ada suamiku... Termasuk buat anak kita Hasan dan Husen belum ada, (jawaban dari istrinya tenang)... Baiklah aku mencarinya, ...(walaupun udah mencoba mencarinya ternyata tidak berhasil juga dan kembali kepada istrinya)... Wahai istriku, aku tidak berhasil, bagaimana sebaiknya? ... Siti Fatimah ingat akan uang gajinya hasil bekerja menenun kain dan dia berkata... Suamiku, bawalah ke pasar uang gaji saya 7 real untuk membeli kebutuhan kita... Alhamdulillah istriku sangat pengertian dan pemurah, smoga Allah mengganti yang lebih baik, amiin... Kemudian Ali berangkat menuju pasar... Di pertengahan jalan dia ketemu dengan seorang kakek yang sudah mulai renta... Wahai Ali maukah engkau memberikan keluargaku makan...? Maap kek keluargaku hari ini belum makan, jawab Ali... Tapi kami sudah 3 hari tidak makan, sementara keluarga Ali baru hari ini.. Mendengar penjelasan kakek tadi Ali merasa iba dan peduli pada keluarga kakek langsung memberikan uangnya dan berkata, baiklah keluarga kami mungkin bisa puasa, kemudian pulang pada keluarganya dengan tangan kosong... dan apa yang terjadi...sang istri tidak marah dengan kembalinya suami walaupun tangan kosong... Sabarlah suamiku... Cobalah datang kepada ayahku, mungkin beliau ada kelebihan makanan buat anak2 kita... Kemudian Ali berangkat menuju ayahanda, akan tetapi ditengah jalan dihampiri oleh orang yang tidak dikenal dengan membawa kambing dan menawarkan kepada Ali untuk dibeli... Maap pa saya gak punya uang untuk membeli kambing tegas Ali... Kalo begitu kamu jualkan aja ke pasar siapa tahu laku 100 real... Akhirnya Ali spakat mau menjualkanya ke pasar... Belum sampe di pasar melihat Ali menuntun kambing, ada orang lain tertarik dan berkata... Ali mau kemana bawa kambing? Jawab Ali mau jual kambing ke pasar... Bagaimana kalau aku beli saja? (kata pembeli). Benar juga buat apa jauh2 kalau ada yang mau beli... Boleh! Tapi yang punya kambing tadi minta 100 real, (jawab ali) kemudian orang itu menawarnya, Ali bagaimana kalo aku beli 300 real? ... Ali teringat di rumahnya lagi butuh... Baiklah setuju dan terjadilah transaksi... Setelah belanja Ali pulang dan mencari pemilik kambing itu sampe tidak dijumpainya lagi... Jadi teringat pada ayat yang menerangkan barangsiapa yang berniaga kepada Allah maka akan diganti dengan berlipat ganda... (2.261). Cerita ini disampaikan Kiyai Maad pada majlis santrinya... Beberapa hari kemudian, salah seorang santri termotivasi cerita pak kiyai dengan penuh keikhlasan datang kepada gurunya dan berkata. Pak kiyai saya bersilaturahmi ingin khidmah, mohon diterima walaupun alakadarnya smoga jadi kebaikan, hanya seikat daun singkong, bukan tidak hormat namun inilah yang kami punya, ... Lalu diterima oleh kiyai dan mengucap jazakumullah khairan katsira, smoga Allah membalas yang lebih baik, dan berkata pada istrinya, bunda ini ada santri kita yang berniat kebaikan mengirim segala, balaslah bu yang setimpal... Jawab istrinya, Tapi ayah maap, kita tidak ada buat membalasnya yang setimpal, kecuali ayam yang siap bertelor... Ya berikan saja insyaAllah jadi barokah dan menjadi banyak ternaknya, amin. Selelah pamit santri ini pulang dengan rasa syukur ternyata benar juga firman Allah kalo kita berbuat baik dg ikhlas Allah membalasnya lebih baik... Rupanya terdengar oleh santri lain dan tahu apa yang dilakukan dengan temanya... Wah dia kasih daun singkong dibalas ayam ama ustadz aku juga bisa lebih dari dia dan aku akan k http://m.facebook.com/profile.php?rd0f9851c&refid=0

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More