Sunday 27 April 2008

Garis Antara Wali Allah & Wali Syaithan

Garis Antara Wali Allah & Wali Syaithan

Tanya : Saya sering mendapat cerita di kampung bahwa orang itu bisa melakukan kontak batin dengan orang lain walaupun tempatnya berjauhan. Seperti dia pernah menyatakan bahwa dia biasa ketemu orang di Mekah, padahal orang tersebut ada di kampungnya sendiri di Indonesia. Bagaimana pandangan Islam tentang hal ini, apakah yang demikian itu memang bisa terjadi pada seseorang ?

Nur Wahidah di bumi Allah.

Jawab : Segala keanehan pada seseorang itu sebabnya bisa jadi karena ketha’atan orang itu kepada Allah dan RasulNya, atau bisa jadi pula karena ketha’atannya kepada syaithan. Bila keanehan pada seseorang itu muncul karena ketha’atannya menjalankan Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah RasulNya (Al Hadits), maka keanehan itu dinamakan Karomah sebagai anugerah dari Allah Ta’ala. Tetapi bila berbagai keanehan pada seseorang itu muncul dalam keadaan orang tersebut tenggelam dalam berbagai amalan bid’ah, syirik, dan berbagai bentuk amalan kema’siatan kepada Allah, maka semua keanehan itu dinamakan sihir karena dibantu oleh syaithan. Hal ini telah dinyatakan oleh Allah Ta’ala dan RasulNya dalam Al Qur’an dan Al Hadits sebagai berikut :

“Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu adalah mereka yang tidak dijangkiti oleh rasa takut dan tidak pula diganggu oleh rasa sedih. Yaitu mereka yang beriman dan bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dunia dan di akherat. Tidak akan ada perubahan pada ketentuan Allah. Yang demikian itu adalah keberhasilan yang besar”. (S. Yunus 62 – 64) Al Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah meriwayatkan dalam tafsir beliau sebuah hadits Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa aalihi wasallam yang menyatakan :

“Sesungguhnya dari hamba-hamba Allah, ada orang-orang yang para Nabi dan para Syuhada’ (yakni orang-orang yang terbunuh dalam membela agama Allah – pent)”. Para Shahabat beliau bertanya : “Siapakah mereka wahai Rasulullah, barang kali kami bila mengenal mereka, kami akan mencintai mereka ?”. Maka Rasulullahpun menjawab : “Mereka itu adalah kaum yang saling menyinta di jalan Allah bukan karena harta dan bukan pula karena nasab turunan. Wajah mereka dari cahaya dan mereka ditempatkan di atas panggung yang diciptakan dari cahaya. Mereka itu tidak merasa takut ketika keumuman orang takut dan mereka tidak bersedih ketika keumuman orang bersedih” , kemudian beliau membacakan (ayat 62 – 64 S. Yunus).

Bila pada orang-orang yang demikian ini terjadi kejadian-kejadian aneh, apakah dalam bentuk mampu berkomunikasi dari jarak yang sangat jauh ataukah berbagai keanehan lainnya, maka yang demikian itu dinamakan Karamah sebagai anugerah, pertolongan dan perlindungan dari Allah kepadanya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Aalihi Wasallam sebagai berikut :

“Takutlah kamu dari firasatnya orang Mu’min, karena dia melihat dengan cahaya Allah”. (HR. Abu Nu’aim Al Asfahani dalam kitab Al Hilyah jilid 6 halaman 118, juga diriwayatkan oleh At Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir jilid 8 halaman 102 hadits ke 7497 dari Abi Umamah radhiyallahu anhu. Al Imam Ibnu Hajar Al Haitsami dalam kitabnya Majma’uz Zawa’id jilid 10 halaman 268 menilai, bahwa hadits ini sanadnya hasan).

Juga telah diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Aalihi Wasallam sebagai berikut :

“Tidak henti-hentinya hambaKu mendekat kepadaKu dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunnah, sehingga Aku mencintainya. Maka bila Aku telah mencintainya, maka Aku yang menjadi pendengarannya ketika dia mendengar. Dan Aku yang menjadi penglihatannya ketika dia melihat, dan Aku yang menjadi tangannya ketika dia menggunakan tangannya, dan Aku yang menjadi kakinya ketika dia berjalan, maka dengan Aku dia mendengar dan dengan Aku dia melihat, dengan Aku dia menggerakkan tangannya, dan dengan Aku dia berjalan. Dan bila dia meminta kepadaKu, maka Aku akan memberinya. Bila dia meminta perlindungan kepadaKu niscaya Akupun akan melindunginya. Dan Aku tidak pernah ragu dalam suatu perkara yang Aku lakukan, seperti keraguanKu ketika Aku mencabut nyawa hambaKu yang Mu’min ini. Dia tidak suka mati, dan Aku tidak suka menyakitinya, padahal mati itu adalah suatu perkara yang harus terjadi padanya”. (HR Bukhari dan lainnya).

Adapun berbagai keanehan pada orang yang menyimpang dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, maka yang demikian itu adalah bantuan setan sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya sebagai berikut :

“Dan setan itu hanyalah menakut-nakuti para pengikutnya. Oleh karena itu, janganlah kamu takut kepada para setan itu. Akan tetapi kalian hendaknya takut kepadaKu saja bila kamu memang orang-orang yang beriman”. S. Al Imran 175.

Juga Allah menegaskan betapa setan itu disamping menakut-nakut para pengikutnya, dia selalu membimbing para pengikutnya dengan berbagai ilmu yang diilhamkan kepadanya :

“Dan sesungguhnya setan itu mengilhamkan kepada para pengikutnya untuk mendebat kalian. Dan bila kalian menta’ati para pengikut setan itu, niscaya jadilah kalian sebagai orang-orang yang musyrik (yakni berbuat syirik)”. S. Al An’am 121.

Jadi menilai seseorang dalam hal munculnya berbagai keanehan pada dirinya itu, ialah dengan menilai sejauh mana penampilan dhahir dia dalam menjalankan Al Qur’an dan As Sunnah. Maka dengan demikian, barulah diketahui bahwa dia sebagai wali Allah (yakni kekasih Allah) atau dia itu wali setan (yakni kekasih setan).

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More