Saturday 12 September 2009

Puasa adalah Pembelajaran

Muhasabah: Memperbaiki diri Sebagian kalangan ada orang mengatakan bahwa kemarin adalah masa lalu atau masa lampau, karena telah lewat, maka biarlah berlalu. Bagi kita masa lalu justru adalah tonggak sejarah untuk menentukan masa depan (yang akan datang), dengan barometernya adalah hari ini harus lebih baik dari masa lalu, dan berarti hari esok harus lebih baik lagi dari hari ini dan masa lalu. Ramadhan sebagai bulan yang penuh keberkahan, karena Allah melimpahkan rahmat-Nya banyak, dimana Allah memudahkan manusia mendapatkan rezeki-Nya pada bulan ini, semua amalan tiap hamba-Nya diterima, dengan dilipatgandakan pahalanya sampai seribu bulan, yang bertaubat diterima dan dihapuskan segala dosanya yang telah lalu karena magfirah (dengan Ampunan, Allah) di samping itqum minannar atau dijauhkan dari api neraka, dan bulan ini dijadikan sebagai bulan tarbiyah, pembelajaran. Amal ibadah puasa yang sudah kita kerjakan pada bulan ini apakah menjadi bulan pembelajaran buat kita, dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi? Apakah sudah memberikan dampak suggestif pada diri kita, atau berpengaruh terhadap sikap tindak dan prilaku kita, paling tidak selama 22 hari ini. Apakah keberhasilan puasa kita merasai haus dan lapar?, yang sesungguhnya agar kita menyadari dan merasakan kesusahan dan penderitaan orang fakir miskin yang sebenarnya kita bukan tidak makan, akan tetapi hanya pindah waktu saja, biasanya makan pagi dipindahkan waktunya lebih awal menjadi sahur, kemudian makan siang disatukan dengan makan malam di waktu magrib, sementara kesusahan yang diderita si fakir dan miskin yang konon makannya tidak tentu karuan pagi makan, sore harinya belum tentu, hari ini dapat makan sedangkan besoknya tidak jelas, sehingga dari hasil puasa kita raih di samping mendapatkan hakikat dan keutamaan puasa juga akan melahirkan pembelajaran kepedulian sosial, : Berbagi dengan fakir miskin sebagai wujud kepedulian sosial, menjadi cinta dan kasih sayang pada orang kecil yaitu mau bersedekah, dan tidak dikatakan iman seseorang bila tidak mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Ketaatan dan ke-tawadu-an dalam menjalankan puasa semata karena Allah, walaupun hanya tinggal 1 menit dia tetap konsekuen dan tidak mau membatalkannya. Disiplin, karena ketaatannya itu maka akan melahirkan kedisiplinan, terbukti dia bersedia menahan haus dan lapar dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari dengan tertib. Jujur, walaupun tidak diketahui orang, jauh dari keramaian sebagai mukmin tetap jujur melaksanakannya Sabar, menanti datangnya magrib ditunggui dari terbit fajar hingga terbenam matahari, walaupun memiliki makanan yang halal tetap dia tidak mau berbuka sebelum sampai pada waktunya. Memperbaiki diri, semula melakukannya dengan terpaksa lama-kelamaan menjadi terbiasa dan akan melahirkan kebiasaan baik, seperi peningkatan amal sebelumnya tidak melaksanakan yang sunah akan menjadi kebiasaannya Waktu makan jarang terjadi bareng berjamaah terutama di perkotaan yang sibuk dengan hiruk-pikuk urusannya maka di bulan ini mereka bisa makan bareng sehingga Melahirkan kebersamaan, dan tiap kebersamaan akan muncul saling pengertian dalam keluarga yang pada akhirnya akan mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah yang didambakan. Dari hasil pembelajaran ini bila dikerjakan secara rutin akan menjadi prilaku atau akhlak mulia, sedangkan akhlak mulia adalah ciri atau identitas ketakwaan yang sesungguhnya, dan salah satu tujuan dari puasa adalah agar orang yang beriman menjadi orang yang bertakwa. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (59:18). Untuk bekal hari esok yang lebih baik tentunya kita harus mencoba muhasabah, mengevaluasi diri apakah yang sudah kita lakukan hari ini dan masa lalu sudah sesuai dengan koridor agama, yang lebih baik? Puasa kita hari ini memasuki yang ke 22, di mana di penghujung puasa ini atau sepuluh terakhir ramadlan terdapat malam Lailatulqadar (malam Kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.(97:2-3). Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur. (35:10) Maka di sepuluh hari terakhir Ramadhan Rasul صلی الله عليه وسلم meningkatkan amal saleh dengan itikaf di mesjid adapun pekerjaan selama dalam itikaf rasul صلی الله عليه وسلم membacakan doa sebagai berikut Allahumma Innaka afuwwun, tuhibbunal affwa fa’fuanna ya karim = ya Allah sesungguhnya Engkau maha pengampun dan menyukai orang yang senantiasa memohon ampunan, maka ampunilah kami wahai dzat yang mulia, Ya Allah jadikanlah kami orang2 yang sempurna imannya, yang dapat menunaikan kewajiban, memelihara shalat, menunaikan zakat, menuntut segala kebaikan dan mengharapkan ampunan-Mu, senantiasa memegang teguh petunjuk-petunjukMu terhindar dari segala penyelewengan, zuhud di dunia, mencintai amal untuk bekal di akhirat dan keputusan yang di-ridloi, sabar menerima cobaan mensyukuri segala nikmat-Mu, dan semoga nanti pada hari kiamat kami di dalam satu barisan di bawah panji-panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW melalui telaga yang sejuk masuk di dalam syurga, terhindar d

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More