Monday 18 April 2011

Bila Maut Menjemput Siapa yg Luput

Tatkala masih
dibangku sekolah, aku
hidup bersama kedua
orangtuaku dalam
lingkungan yang baik.
Aku selalu mendengar doa ibuku
saat pulang dari
keluyuran dan
begadang malam.
Demikian pula
ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang
panjang. Aku heran, mengapa
ayah shalat begitu
lama, apalagi jika saat
musim dingin yang
menyengat tulang.
Aku sungguh heran, bahkan hingga aku
berkata kepada diri
sendiri: "Alangkah sabarnya
mereka ... setiap hari
begitu ... benar-benar
mengherankan! " Aku
belum tahu bahwa di
situlah kebahagi aan orang mukmin dan
itulah shalat orang-
orang pilihan. Mereka
bangkit dari tempat
tidurnya untuk
bermunajat kepada Allah. Setelah menjalani
pendidikan militer, aku
tumbuh sebagai
pemuda yang
matang. Tetapi diriku
semakin jauh dari Allah padahal
berbagai nasehat
selalu kuterima dan
kudengar dari waktu
ke waktu. Setelah
tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota
yang jauh dari kotaku.
Perkenalanku dengan
teman-teman sekerja
membuatku agak
ringan menanggung beban sebagai orang
terasing. Disana, aku
tak mendengar lagi
suara bac aan Al-
Qur'an. Tak ada lagi
suara ibu yang membangunkan dan
menyuruhku shalat. Aku benar-benar
hidup sendirian, jauh
dari lingkungan
keluarga yang dulu
kami nikmati. Aku
ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah
jalan tol. Di samping
menjaga keamanan
jalan, tugasku
membantu orang-
orang yang membutuhkan
bantuan. Pekerj aan
baruku sungguh
menyenangkan. Aku
lakukan tugas-
tugasku dengan semangat dan
dedikasi tinggi. Tetapi,
hidupku bagai selalu
diombang-ambingkan
ombak. Aku bingung dan
sering melamun
sendirian... banyak
waktu luang...
pengetahuanku
terbatas. Aku mulai jenuh... tak ada yang
menuntunku di bidang
agama. Aku sebatang
kara. Hampir tiap hari
yang kusaksikan
hanya kecelak aan dan orang-orang yang
mengadu kecopetan
atau bentuk-bentuk
penganiay aan lain.
Aku bosan dengan
rutinitas. Sampai suatu hari
terjadilah sebuah
peristiwa yang hingga
kini tak pernah
kulupakan. Ketika itu,
kami dengan seorang kawan sedang
bertugas disebuah
pos jalan. Kami asyik
ngobrol... tiba-tiba
kami dikagetkan oleh
suara benturan yang amat keras. Kami
mengedarkan
pandangan. Ternyata,
sebuah mobil
bertabrakan dengan
mobil lain yang meluncur dari arah
yang berlawanan.
Kami segera berlari
menuju tempat
kejadian untuk
menolong korban. Kejadian yang
sungguh tragis. Kami
lihat dua awak salah
satu mobil dalam
kondisi kritis.
Keduanya segera kami keluarkan dari
mobil lalu kami
bujurkan di tanah.
Kami cepat-cepat
menuju mobil
satunya. Ternyata pengemudinya telah
tewas dengan amat
mengerikan. Kami
kembali lagi kepada
dua orang yang
berada dalam kondisi koma. Temanku
menuntun mereka
mengucapkan kalimat
syahadat. Ucapkanlah
"Laailaaha Illallaah ...
Laailaaha Illallaah .."
perintah temanku.
Tetapi sungguh
mengerikan, dari mulutnya malah
meluncur lagu-lagu.
Keadaan itu
membuatku
merinding. Temanku
tampaknya sudah biasa menghadapi
orang-orang yang
sekarat... Kembali ia
menuntun korban itu
membaca syahadat.
Aku diam membisu. Aku tak berkutik
dengan pandangan
nanar. Seumur hidupku, aku
belum pernah
menyaksikan orang
yang sedang sekarat,
apalagi dengan
kondisi seperti ini. Temanku terus
menuntun keduanya
mengulang-ulang bac
aan syahadat.
Tetapi... keduanya
tetap terus saja melantunkan lagu.
Tak ada gunanya...
Suara lagunya
terdengar semakin
melemah... lemah dan
lemah sekali. Orang pertama diam, tak
bersuara lagi, disusul
orang kedua. Tak ada
gerak...keduanya
telah meninggal dunia.
Kami segera membawa mereka ke
dalam mobil.
Temanku menunduk,
ia tak berbicara
sepatahpun. Selama
perjalanan hanya ada kebisuan. Hening... Kesunyian pecah
ketika temanku mulai
bicara. Ia berbicara
tentang hakikat
kematian dan su'ul
khatimah (kesudahan yang buruk). Ia
berkata "Manusia
akan mengakhiri
hidupnya dengan baik
atau buruk..
Kesudahan hidup itu biasanya pertanda
dari apa yang
dilakukan olehnya
selama di dunia." Ia
bercerita panjang
lebar padaku tentang berbagai kisah yang
diriwayatkan dalam
buku-buku islam. Ia
juga berbicara
bagaimana seseorang
akan mengakhiri hidupnya sesuai
dengan masa lalunya
secara lahir batin. Perjalanan kerumah
sakit terasa singkat
oleh pembicar aan
kami tentang
kematian. Pembicar
aan itu makin sempurna
gambarannya tatkala
ingat bahwa kami
sedang membawa
mayat. Tiba-tiba aku menjadi
takut mati. Peristiwa
ini benar-benar
memberi pelajaran
berharga bagiku. Hari
itu, aku shalat khusyu' sekali. Tetapi
perlahan-lahan aku
mulai melupakan
peristiwa itu. Aku
kembali pada
kebiasaan ku semula... Aku seperti
tak pernah
menyaksikan apa
yang menimpa dua
orang yang tak
kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu,
aku memang benar-
benar menjadi benci
kepada yang
namanya lagu-lagu.
Aku tak mau tenggelam
menikmatinya seperti
sedia kala. Mungkin
itu ada kaitannya
dengan lagu yang
pernah kudengar dari dua orang yang
sedang sekarat
dahulu. Kejadian yang
menakjubkan. ..
Selang enam bulan
dari peristiwa
mengerikan itu....
sebuah kejadian menakjubkan kembali
terjadi di depan
mataku. Seseorang
mengendarai
mobilnya dengan
pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di
sebuah terowongan
menuju kota . Ia turun
dari mobilnya untuk
mengganti ban yang
kempes. Ketika ia berdiri dibelakang
mobil untuk
menurunkan ban
serep, tiba-tiba
sebuah mobil dengan
kecepatan tinggi menabraknya dari
arah belakang. Lelaki
itupun langsung
tersungkur seketika. Aku dengan seorang
kawan, bukan yang
menemaniku pada
peristiwa pertama
cepat-cepat menuju
tempat kejadian. Dia kami bawa dengan
mobil dan segera pula
kami menghubungi
rumah sakit agar
langsung mendapat
penanganan. Dia masih sangat muda,
dari tampangnya, ia
kelihatan seorang
yang taat
menjalankan perintah
agama. Wajahnya begitu bersih -
mungkin karena
sering tersiram air
wudhlu. Ketika
mengangkatnya ke
mobil, kami berdua cukup panik, sehingga
tak sempat
memperhatikan kalau
ia menggumamkan
sesuatu. Ketika kami
membujurkannya di dalam mobil, kami
baru bisa
membedakan suara
yang keluar dari
mulutnya. Ia melantunkan ayat-
ayat suci Al-Qur'an...
dengan suara amat
lemah. "Subhanallah! dalam
kondisi kritis seperti itu
ia masih sempat
melantunkan ayat-
ayat suci Al-Qur'an?
Darah mengguyur seluruh pakaiannya,
tulang-tulangnya
patah, bahkan ia
hampir mati. Dalam
kondisi seperti itu,ia
terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an
dengan suaranya
yang merdu. Selama hidup, aku tak
pernah mendengar
bac aan Al-Qur'an
seindah itu.Dalam
batin aku bergumam
sendirian "Aku akan menuntunya
membaca syahadat
sebagaimana yang
dilakukan oleh
temanku terdahulu...
apalagi aku sudah punya pengalaman."
aku meyakinkan diriku
sendiri. Aku dan kawanku
seperti terhipnotis
mendengarkan suara
bac aan Al-Qur'an
yang merdu itu.
Sekonyong-konyong sekujur tubuhku
merinding, menjalar
dan menyelusup ke
setiap rongga. Tiba-
tiba, suara itu terhenti.
Aku menoleh kebelakang.
Kusaksikan dia
mengacungkan jari
telunjuknya lalu
bersyahadat. Kepalanya terkulai,
aku melompat ke
belakang. Kupegang
tangannya, degup
jantungnya,
nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah
meninggal. Aku lalu
memandanginya
lekat-lekat, air mataku
menetes,
kusembunyikan tangisku, takut
diketahui kawanku.
Kukabarkan kepada
kawanku kalau
pemuda itu telah
meninggal. Kawanku tak kuasa menahan
tangisnya. Demikian
pula halnya dengan
diriku. Aku terus
menangis air mataku
deras mengalir. Suasana dalam mobil
betul-betul sangat
mengharukan. Sampai di rumah
sakit..... Kepada
orang-orang di sana,
kami mengabarkan
perihal kematian
pemuda itu dan peristiwa menjelang
kematiannya yang
menakjubkan.
Banyak orang yang
terpengaruh dengan
kisah kami, sehingga tak sedikit yang
meneteskan air mata.
Salah seorang dari
mereka, demi
mendengar kisahnya,
segera menghampiri jenazah dan mencium
keningnya. Semua
orang yang hadir
memutuskan untuk
tidak beranjak
sebelum mengetahui secara pasti kapan
jenazah akan
dishalatkan. Mereka
ingin memberi
penghormatan
terakhir kepada jenazah. Semua ingin
ikut menyolatinya. Salah seorang
petugas rumah sakit
menghubungi rumah
almarhum. Kami ikut
mengantar jenazah
hingga ke rumah keluarganya. Salah
seorang saudaranya
mengisahkan, ketika
kecelak aan ,
sebetulnya almarhum
hendak menjenguk neneknya di desa.
Pekerj aan itu rutin ia
lakukan setiap hari
senin. Di sana
almarhum juga
menyantuni para janda, anak yatim dan
orang-orang miskin.
Ketika terjadi
kecelakaan, mobilnya
penuh dengan beras,
gula, buah-buahan dan barang-barang
kebutuhan pokok
lainnya. Ia juga tak
lupa membawa buku-
buku agama dan
kaset-kaset pengajian. Semua itu
untuk dibagi-bagikan
kepada orang-orang
yang ia santuni.
Bahkan ia juga
membawa permen untuk dibagi-bagikan
kepada anak-anak
kecil. Bila tiba saatnya
kelak, kita
menghadap Allah
Yang Perkasa.
Hanya ada satu
harap, semoga kita menjadi penghuni
surga. Biarlah dunia
jadi kenangan, juga
langkah-langkah kaki
yang terseok, di sela
dosa dan pertaubatan. Hari ini,
semoga masih ada
usia, untuk mengejar
surga itu, dengan
amal-amal yang
nyata: memperbaiki diri dan mengajak
orang lain...Amiin Ya
Robb


--
‎ ‎مصباح

http://www.facebook.com/abah.misbah?ref=profile#/group.php?gid=187256475997&ref=mf,
Http://nandang-MisbaH.blogspot.com,
http://sv-se.facebook.com/people/Nandang_Misbah/1297993210,
http://www.teladan.org/misbah/weblog,
http://profiles.friendster.com/56013272,
http://www.flickr.com/people/55246387@N00,
http://tagged.com/nandang_misbah
وَٱللَّهُ يَدعُواْ إِلَى دَارِ ٱلسَّلَـمِ وَيَہدِى مَن يَشَاءُ إِلَى
صِرَطٍ مُّستَقِيم

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More