Tuesday 17 November 2009

Haji mabrur

Haji Mabrur Apakah amalan yang paling utama? Rasulullah s.a.w bersabda: “Beriman kepada Allah. Jihad (berjuang pada jalan Allah) dan Haji Mabrur iaitu ibadat Haji yang diterima (49), tiada ganjarannya selain dari Syurga” (781). Kita mengenal Rukun Islam ada lima perkara yaitu; 1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib di sembah kecuali kepada Allah SWT dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, 2. Mendirikan shalat lima waktu, 3. Puasa di bulan ramadlan, 4. Mengeluarkan Zakat bagi yang kaya dan 5. Menunaikan haji ke baitullah di Mekkah, jika mampu dalam perjalannya. Jadi menunaikan haji adalah Rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada orang yang mampu...mampu.....mampu dalam perjalanannya. Adapun yang dimaksud mampu adalah dalam syarat-syarat wajib haji, maka sesungguhnya Allah hanya mewajibkan haji bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Dan yang dimaksud mampu adalah memiliki bekal dan ada kendaraan yang layak untuk haji setelah dia memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok untuk diri dan keluarganya hingga dia kemabli haji. Syarat-syarat tersebut bersifat umum. Dan terdapat sebagian ulama yang menambahkan syarat keenam, yaitu kondisi aman dalam perjalanan. Barangkali syarat ini masuk dalam kategori kemampuan melakukan perjalanan. Firman Allah “Mengerjakan haji adalah kewajiban menusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah" (3:97). Untuk mencapai kemampuan dan kesanggupan tersebut banyak orang berusaha dengan berbagai cara, ada yang mampu dari hasil bisnisnya, ada yang menjual sawah ladangnya atau menjual mobilnya dan ada pula yang menggunakan fasilitas pekerjaannya di instansi atau perusahaan dimana dia bekerja, serta ada pula dia menggunakan trik lainnya yaitu berhenti dari merokok. Teman sekantor saya bercerita bawa dia dapat melaksanakan ibadah haji adalah hasil menyisihkan uang rokok. Pada saat itu (tahun 1992-1995 an) sebungkus rokok masih harga Rp 1000,- ), yang semula dia dapat menghabiskan tiga bungkus sehari, kemudian berhenti total tidak merokok lagi, dengan keinginan yang kuat dan telaten dikonvensasikan dengan menambung dan mengumpulkan uang sehari Rp 3000,- selama delapan tahun. ONH saat itu masih Rp 7 jutaan, sehingga dia berhasil melaksanakannya dan berangkat ke baitullah dan kembali dengan panggilan pak Haji. Ada riwayat lain, seseorang yang tidak berangkat haji, namun dia mendapat gelar haji mabrur. Pada saat itu seorang Alim yang pergi ke baitullah melaksanakan haji, dapat menyelesaikan syarat dan rukun hajinya baik dari mulai ihram thawaf, sa’i, jumratul aqabah dan tahalul terakhir wukuf di padang aRafah kemudian bermalam di mina sebelum sampai ke musdalifah semua jamaah saat itu pada istirahat, tidur semua, sedangkan orang Alim ini antara tidur dan jaga, karena melihat dua orang berjubah putih-putih dan mendengar mereka bercakap-cakap...”bagaimana menurutmu, berapakah jamaah yang diterima Allah tahun ini?”....seorang lagi menjawab “sebenarnya tahun ini mereka tertolak tidak ada yang diterima, akan tetapi karena berkah Allah atas kesalehan tukang sepatu maka jamaah haji tahun ini diterima semua” (saat itu jumlahnya baru 600.000 jamaah). Lalu bertanya lagi, “Siapakah Tukang Sepatu itu dan dimana tinggalnya?”...”Dia adalah Muafak, seorang haji yang mabrur walaupun tidak berangkat, akan tetapi dengan niat yang kuat maka Allah telah mencatatnya sebagai haji yang mabrur. Begitu orang Alim mendengar percakapan lalu dia ingin tahu dan penasarannya maka dia bangkit dari tidur dan mau bertanya kepada mereka, ternyata mereka sudah tidak nampak dan tidak kedengaran lagi pembicaraannya. Kemudian orang Alim itu pergi ke daerah tempat tinggal Muafak dan mencarinya... ingin lebih dekat dan ingin tahu kebajikan atau amalan apa yang dilakukan Muafak.... dan akhirnya dapat ditemukannya ternyata Muafak hanya seorang muslim yang miskin, dengan pekerjaan sehari-harinya sebagai Tukang Sol sepatu bertempat di daerah bakhoroh, negeri Yaman, lalu orang Alim bertanya kepada Muafak....”Wahai Muafak amal apakah yang sudah membuat dirimu menjadi Mulia hingga menjadi wasilah diterimanya jamaah haji dan kamu mendapatkan Haji yang Mabrur?” ... Akan tetapi Muafak tidak merasa ada amalan yang istimewa bahkan tidak tahu dan tidak ingat apa yang telah diperbuatnya. Karena orang Alim itu penasaran dan membujuknya agar mengingat ingat kiranya amalan yang membawanya menjadi haji mabrur..... kemudian Muafak mencoba mengingatnya dan berkata.... Waktu itu saya berniat dan berkeinginan kuat (berazam) untuk dapat menunaikan panggilan Allah, rukun Islam ke lima ini yaitu menunaikan haji ke baitullah. Karena pekerjaan dan profesinya sebagai tukang sol sepatu akhirnya saya menabung tiap harinya dari penghasilan sol sepatu seberapa besarpun penghasilan tersebut sedikit demi sedikit dan berlangsung lama hingga sampai sekarang yang menurut perhitungan saya sudah cukup untuk biaya pergi perjalan haji ke baitullah. Tetangga Muafak dengan asiknya memasak daging yang aromanya cukup menghebohkan, tentunya menggiurkan dan membuat penasaran warga sekelilingnya hingga sampai ke rumah Muafak, yang kebetulan istrinya sedang mengidam dan akhirnya istri Muafak kepingin masakan tetangga tersebut dan minta suaminya agar memintakannya pada tetangga. Dengan berat hati dan malu menadahkan tangan pada orang lain, namun karena Muafak penyayang penuh pengertian dan cinta pada istrinya walau terpaksa, akhirnya dicarinya juga orang yang masak daging tersebut. Ditemukanlah yang masak

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More