Wednesday 7 April 2010

Penyakit Hati

Judul: Penyakit


"Dan Dia memberikan kepadamu dari segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari." (QS Ibrahim [14]:32)

Pada hari-hari belakangan ini seorang sahabat sedang diuji dengan
penyakit yang dideritanya. Ia menderita kanker dan telah menjalani
operasi untuk pengangkatan sel kanker nya beberapa waktu yang lalu. Ia
juga telah menjalani proses 'kemotherapy' sebanyak dua kali dari enam
kali yang direncanakan. Sebagai seorang Ibu rumah tangga biasa, ia
sangat berat menjalani semuanya ini. Ia terguncang dan amat
membutuhkan semangat dari orang-orang disekelilingnya. Ia memiliki
tiga putra dan putri yang sedang tumbuh dan sangat membutuhkan
perhatiannya. Yang tertua masih berumur sekitar 9 tahun dan yang kecil
4,5 tahun. Ia sering menangis jika mengingat mereka. Belum lagi efek
samping dari proses kemotherapy telah mulai terlihat dengan nyata
disekujur tubuhnya. Ia mengatakan, "Aku tak yakin akan sembuh, karena
sel kanker itu akan sulit hilang dari tubuh manusia."

Satu yang membuatnya tidak pernah menyerah. Ia merasa masih harus
betanggungjawab dalam memutar roda kehidupannya yang tak tahu sampai
kapan ia sanggup. Setiap pagi ia masih mengantarkan anak-anaknya ke
sekolah mereka masing-masing. Walapun belakangan ini ia tidak sanggup
melakukannya tanpa bantuan supir mereka. Ia masih berusaha senyum di
saat anak-anaknya mengucapkan salam perpisahan dan mendoakan
anak-anaknya ketika mereka turun dari kendaraannya. Setelah hal itu ia
lakoni, ia bergegas pulang untuk menyiapkan sarapan bagi suaminya. Ia
tak ingin terlihat rapuh, walaupun terkadang ia tak dapat
menyembunyikannya. Ia limbung dan berusaha untuk tersenyum, ketika
seorang anaknya bertanya kenapa ia merubah model rambutnya? Ia lakukan
itu demi menjaga perasaan anak-anaknya agar tidak mengetahui
keadaannya yang sebenarnya. Terkadang ia 'menari' di depan
anak-anaknya agar dapat menepis segala kecurigaan mereka terhadap
keadaannya...

Dalam memahami ayat Al Quran yang sangat indah diatas diperlukan
sebuah perenungan. Untuk menyebut segala anugerah nikmat Allah kepada
manusia dibutuhkan sederetan ungkapan yang terkadang kita memiliki
keterbatasan bahasa untuk mengungkapkannya. Nikmat itu bisa kita
rasakan, tapi menerjemahkannya melalui lisan dan pikiran kita yang
amat terbatas ini adalah kemustahilan. Lebih-lebih ketika kita hanya
menyandarkan hidup ini pada hal-hal yang bersifat materi dan nisbi.
Kita hanya memandang sesuatu itu adalah nikmat jika sesuatu itu
disandingkan dengan kelapangan, kesehatan dan kemudahan dalam mencapai
tujuan. Pada sisi sebaliknya, kita memandang sebuah kesempitan,
penyakit dan kesulitan hidup yang mendera secara terus-menerus selalu
bersanding dengan mushibah. Padahal tidak demikian adanya.

Dalam menjalani kehidupan ini, Allah selalu memberikan kepada kita apa
yang kita minta maupun apa yang tidak kita minta. Allah telah
menyediakan semua kebutuhan kita secara umum walaupun secara individu
ada yang tidak terpenuhi permintaannya. Dibalik tidak terpenuhinya
sebuah permintaan itu pasti ada hikmah. Hikmah ini jika diketahui
terlebih dahulu oleh hamba yang meminta, pasti ia mengurungkan niatnya
untuk meminta karena hal itu merupakan kemudharatan bagi dirinya.
Allah Yang Maha Lembut dengan sengaja menyembunyikan hikmah tersebut
agar sang hamba terus berusaha dan bersangka baik kepada-Nya. Bukankah
tidak terpenuhinya permintaan itu juga merupakan sebuah nikmat dari
Allah? Sehingga sang hamba terhindar dari kemudharatan? Oleh sebab itu
di akhir ayat diatas, Allah menyebut manusia yang tidak dapat memahami
hal ini sebagai hamba-Nya yang 'zalim' dan 'sangat mengingkari' akan
segala nikmat yang telah Allah berikan karena hanya memandang segala
sesuatu dari lahir nya saja tanpa memiliki mata hati untuk melihatnya
secara bathin.

Dalam sebuah Pertemuan Rasulullah pernah menyampaikan kepada
sahabat-sahabatnya, "Ketika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya,
maka Dia akan senantiasa menguji hamba-Nya itu hingga ia berjalan
dimuka bumi, sementara tidak ada lagi satu kesalahan pun pada dirinya
lagi." (HR At Tirmidzi)

Apa yang Rasulullah Saw sampaikan pada hadish diatas kepada para
sahabatnya adalah juga sebuah perenungan bagi kita. Ketika kita dalam
keadaan sakit, kita harus meyakini bahwa hal ini adalah ujian dari-Nya
dan merupakan cara Allah Azza wa Jalla menghapus segala keburukan dari
diri kita dan menyematkan sebuah tanda kebaikan pada kita sebagai
seorang hamba pilihan-Nya. "Bukankah di awal hadish Raslulullah
mengisyaratkan "Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya" berarti
tidak semua hamba-Nya dipilih untuk memperoleh nikmat seperti itu.
Allah menguji untuk 'memuliakan' bukan 'menghukum' dan bukan pula
untuk 'menghinakan'. Dan predikat sebagai hamba kekasih-Nya akan
melekat dengan sendirinya.

Pantaslah ketika Nabi Ayyub dalam keadaan sakit yang luar biasa, dalam
kesendiriaan karena ditinggal oleh kerabat dan yang terakhir oleh sang
istri tercinta yang pesismis akan kesembuhannya, tidak pernah
terlintas dalam pikiran nabi Ayyub untuk memohon kesembuhan. Tidak
sekalipun. Ia tetap merasakan penyakitnya itu sebagai nikmat dari
Allah dan memohon akan sebuah permohonan yang Allah Azza wa Jalla
abadikan di dalam Al Quran sebagai pelajaran bagi kita untuk
diteladani.

"...Ya Rabb sesungguhnya aku telah ditimpa oleh penyakit yang yang
menyusahkan, sedangkan Engkau adalah Yang Maha Penyayang diantara
semua penyayang." (QS Al Anbiyaa' [21]:83)

Pada akhirnya Allah Yang Maha Lembut mengangkat penyakitnya dan
memberi nikmat yang lebih besar kepadanya dengan mengembalikan seluruh
kerabatnya dan kekayaannya.

"Maka Kami pun memperkenankan doa nya itu, lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya,
dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai sebuah rahmat dari
sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah
Allah." (QS Al Anbiyaa' [21]:84)

Untuk hal ini Nabi Ayyub mendapat 3 gelar dari Allah yang disebutkan
dalam Al Quran, "...Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang
sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya ia amat taat (awwab)."
(QS Shaad [38]:44)

Yang fakir kepada ampunan
Rabb-nya Yang Maha Berkuasa

M. Fachri
--------------------

Untuk membalas pesan ini, ikuti tautan di bawah ini:
http://www.facebook.com/n/?inbox%2Freadmessage.php&t=1295935516234&mid=224e6d1G4d5dcdfaG1bb3721G0&n_m=abah.misbah%40gmail.com

Temukan orang dari buku alamat Gmail di FaceBook! Pergi ke:
http://www.facebook.com/n/?find-friends%2F&ref=email&mid=224e6d1G4d5dcdfaG1bb3721G0&n_m=abah.misbah%40gmail.com


=======================================
Pesan ini ditujukan untuk abah.misbah@gmail.com. Jika Anda tidak ingin
lagi menerima email sejenis ini dari Facebook, klik tautan berikut
untuk berhenti berlangganan.
http://www.facebook.com/o.php?k=5a352d&u=1297993210&mid=224e6d1G4d5dcdfaG1bb3721G0
Kantor Facebook beralamat di 1601 S. California Ave., Palo Alto, CA 94304.


--
MisbaH مصباح
http://www.facebook.com/abah.misbah?ref=profile#/group.php?gid=187256475997&ref=mf,
Http://nandang-MisbaH.blogspot.com,
http://sv-se.facebook.com/people/Nandang_Misbah/1297993210,
http://www.teladan.org/misbah/weblog,
http://profiles.friendster.com/56013272,
وَٱللَّهُ يَدعُواْ إِلَى دَارِ ٱلسَّلَـمِ وَيَہدِى مَن يَشَاءُ إِلَى
صِرَطٍ مُّستَقِيم‎ ‎ ‎‏

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More