Tuesday 22 June 2010

Fwd: [teladan83] Aku Rindu PadaMu

---------- Forwarded message ----------
From: Rahmat Wijaya <wijaya.rahmat@gmail.com>
Date: Tue, 22 Jun 2010 14:26:48 +0700
Subject: [teladan83] Aku Rindu PadaMu
To: teladan83@googlegroups.com

Mohon dibaca dengan penuh kebijakan dalam hati...
Semoga bermanfaat...


Ada seorang hamba Allah, beliau rajin sholat malam dan bermunajat,
berkhalwat dengan Al-Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah
karena menangis, mengalir air yang membasahi janggutnya, beliau
berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan pengharapan. Dari waktu
ke waktu, tahun ke tahun, hingga putih rambutnya tak kunjung jua permintaan
beliau dikabulkan oleh Allah. Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera
diangkat kemiskinan yang menjadi selimut kehidupannya selama ini,
keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk berusaha
memperoleh rizki Allah tapi tidak tampaklah dilapangkan rizqi itu untuknya.

Padahal dahulu, KETIKA IA MASIH BEKERJA MENJADI PETUGAS B.. C.... UANG DAN
KESENANGAN ADALAH KAWAN AKRAB. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah
yang menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini
adalah Haram dan tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan
berhadapan dengan hukum Allah yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat.
Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah atasnya.

Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin
ia melakukan sholatul Lail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar
diberikan harta yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghidupi hidup ini.

Namun berangsur-angsur seakan terkena kualat (karena meninggalkan perbuatan
haram itu) PENGHASILANNYA SEMAKIN MENURUN, BELIAU SEKELUARGA SERING SAKIT
DAN MENJADIKAN BADANNYA YANG SEHAT MENJADI KURUS, ANAK SATU-SATUNYA
MENINGGAL SETELAH MENJALANI PERAWATAN SELAMA BEBERAPA MINGGU DIRUMAH SAKIT.

Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya
kata-kata keluhan dan makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malahan
menjadikannya semakin sering dan khusyu ia mendekatkan diri kepada Allah.
Dan malang yang tidak kunjung padam terhadapnya, korupsi yang dahulu ia
lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan beberapa orang rekannya
terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah, semakin berat rasanya
hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu
kehadapan Rabbnya,menangis dan perih rasa batinnya. Setiap dalam sedihnya ia
berdoa, selalu ada bisikan lirih di hatinya, "Apa yang engkau harapkan itu
dekat sekali, bila engkau bertaqwa!". Setiap mendengar bisikan itu, timbul
semangatnya. Kini setelah ia dipecat, ia berdagang. Baginya dagang yang
tidak pernah untung, hutang yang semakin bertumpuk, musibah yang seakan
tidak berujung _.. ahhhhh.

Setelah puluhan tahun kedepan sejak ia dekat dengan Allah setiap
malamnya,tidak juga merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar
bisikan diatas, tidak juga tampak yang dijanjikanNya. Mulailah timbul
pemikiran yang tidak baik dari syaithon. Hingga beliau berkesimpulan,
tampaknya Allah tidak ridho terhadap doanya selama ini.Maka pada malam
harinya, ia berdoa kepada Allah : "WAHAI ALLAH YANG MENCIPTAKAN MALAM DAN
SIANG, YANG DENGAN MUDAH MENCIPTAKAN DIRIMU YANG SEMPURNA INI. KARENA ENGKAU
TIDAK MENGABULKAN PERMINTAANKU HINGGA SAAT INI, MULAI BESOK AKU TIDAK AKAN
MEMINTA DAN SHOLAT LAGI KEPADAMU, AKU AKAN LEBIH RAJIN BERUSAHA AGAR
TIDAKLAH HARUS BERALASAN BAHWA SEMUA TERGANTUNG DARIMU. MAAFKAN AKU SELAMA
INI,AMPUNI AKU SELAMA INI MENGANGGAP BAHWA DIRIKU SUDAH DEKAT DENGANMU !"

Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia
berniat seperti itu ('mengkhatamkan' ibadah sholat lailnya). Beliau
berbaring dengan pemikiran menerawang hingga ia tak mengetahui kapan ia
tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang membuatnya semakin merasa
bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan cahaya yang
menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluq cahaya duduk
diatas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba
mengangkat wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak
mampu... kepalanya dan matanya tidak mampu memandang dengan menengadah.

Beliau hanya dapat melihat para makhluq yang duduk dihadapan Sesuatu Yang
Dahsyat. Terdengar olehnya suara pertanyaan, "BAGAIMANA HAMBAKU SI FULAN,
HAI MALAIKATKU ?" nama yang tidak dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh
gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih, "Subhanaka yaa Maalikul
Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia mengatakan demikian :
"Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan mudah menciptakan
dirimu yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan permintaanku
hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi
kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa
semua tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini
menganggap bahwa diriku sudah dekat denganMu !"

Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur Rohiim!"

Tersentak beliau, itu..._u kata-kataku semalam_ ...celaka, pikirnya.
Kemudian terdengar suara lagi : "Sayang sekali, padahal Aku sangat
menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku paling suka melihat wajahnya yang
terpendam menangis, bersimpuh dengan menengadahkan tangannya yang gemetar
kepadaKu, dengan bisikan-bisikan permohonannya kepadaKu, dengan
pemintaan-permintaa nnya kepadaKu, sehingga tak ingin cepat-cepat Kukabulkan
apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih lama dan sering Aku
memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan Aku bersihkan ia
dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku sangat
menyukai keikhlasan hatinya disaat Aku ambil putranya, disaat Kuberi ia
cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku
rindu kepadanya... rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?"

Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya
semalam, ingin ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak
terdengar, bising dalam hatinya karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku.
Ampuni aku yaa Robbi, maafkan kata-kataku !" semakin takut rasanya ketika
tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya terasa hangat di
pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii...

Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu',
kembali ia sholat dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia
bermunajat dan berbisik-bisik dengan Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia
ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...aa Allah, Yaa Robbi jangan
engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku hambaMu yang tidak
pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan segunung masalah dan
harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku rela...aa Allah, aku
rindu padaMu..."

Semoga menambah keimanan dan ketekunan kita dalam mengerjakan sholat
lail...amiin.

--
Community Portal: http://www.tnol.co.id


--
‎ ‎مصباح

http://www.facebook.com/abah.misbah?ref=profile#/group.php?gid=187256475997&ref=mf,
Http://nandang-MisbaH.blogspot.com,
http://sv-se.facebook.com/people/Nandang_Misbah/1297993210,
http://www.teladan.org/misbah/weblog,
http://profiles.friendster.com/56013272,
http://www.flickr.com/people/55246387@N00,
http://tagged.com/nandang_misbah
وَٱللَّهُ يَدعُواْ إِلَى دَارِ ٱلسَّلَـمِ وَيَہدِى مَن يَشَاءُ إِلَى
صِرَطٍ مُّستَقِيم

Komentar
0 Komentar

0 komentar:

Post a Comment

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More