Penonton lebih pintar dr Pemain

Umumnya manusia senang jadi penonton walaupun bukan pemain, karena memang bukan dan tidak alhlinya jadi pemain, akan tetapi walaupun cuma penonton lebih senang mengomentarinya seakan dia ahlinya seperti penonton bola..

Membantu Janda

1687 Hadis riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata, Nabi saw. bersabda, Orang yang berusaha membantu para janda dan orang miskin, bagaikan orang...

Bersatulah jangan Bercerai-berai

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah keep

Kawinkanlah yang sendirian

Di usia selevel kita ini sudah saatnya kita mempersiapkan diri untuk anak-anak kita sebagai hak dan kewajiban kita untuk menikahkan mereka..

Thursday 12 June 2008

Manusia yang baik

Hidup adalah perjuangan, yang tentunya memerlukan pengorbanan, dan pengorbanan itu adalah risikonya, walau sekecil apapun, sebagai wujud dari pengorbanan, dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, oleh karena itu maka tidak akan hidup tanpa perjuangan, hal ini tercermin dalam kronologis kejadian manusia dimana sperma berjuang untuk mendapatkan pembuahan dari ovum, sehingga dari beribu sel sperma berlomba satu sama lain sehingga yang berhasil dibuahi ovum adalah satu (zygot atau embrio). Demikian pula dalam pertandingan bidang olah raga, berjuang kompetitif dari mulai babak penyisihan yang jumlah pesertanya banyak membludak sampai babak final yang pada ahirnya yang menjuarai hanya satu. Itulah perjuangan yang ditargetkan untuk menang dalam hal ini menjadi yang terbaik. Pada umumnya manusia ingin menjadi yang terbaik...hal ini juga sesuai dengan fitrah dan perintah agama untuk berlomba dalam kebaikan, akan tetapi kadang kita enggan belajar agama (sebagian kalangan memandang agama tidak menguntungkan dan hanya iming2 yang membuang waktu saja katanya) sehingga pengetahuan tentang agama menjadi minim bahkan minus yang mengakibatkan dekadensi moral atau tidak baik dalam pengamalannya. Situasi dan konsisi seseorang di mana dia dilahirkan dan di mana dia mengecap pendidikan akan melahirkan apresiasi dan kongklusi tersendiri, sehingga satu sama lain individu akan berbeda dalam menanggapi suatu opini atau peristiwa bergantung dari fokus dan sudut pandang dia menginterpretasikannya, belum lagi kebutuhan subyektifitas yang mempengaruhinya. Berbagai peristiwa yang muncul dalam opini tentu akan terjadi berbeda pendapat, dimana pendapat satu dengan yang lain merasa dirinya yang benar sehingga orang lain dianggap tidak benar, yang pada ahirnya akan mucul satu sama lain saling memaki dan menghasut serta mengutuk yang dianggapnya tidak sama. Bila kita bicara kebaikan tentu akan berbeda satu dengan yang lainnya, karena tiap individu mempunyai pendapat dan alasan masing2 sehingga tidak akan mendapatkan titik temu, bila semuanya ingin memaksakan kehendak/pendapatnya diterima oleh orang lain, boleh saja rambut sama hitamnya akan tetapi pikiran dan perasaan manusia bebeda dan menghasilkan keputusan yang tidak sama, sehingga bukan lagi manusia yang harus bicara tetapi harus ada dari kekuatan atau kekuasaan yang mengatur manusia dan tentunya Dialah yang mencipatakan manusia yang tahu persis apa yang harus dilakukan manusia dan mengakomodirnya, sebagaimana mobil BMW dalam pemakaian dan perawatannya tidak mungkin dikasih panduan dari Toyota atau Mitsubisi, jadi tentunya harus panduan BMW. Begitu pula manusia tentunya harus mengacu pada pandungan dari Tuhan yang menciptakannya (back to basic). Oleh karena itu, siapakah yang terbaik diantara kita sebagai mananusia?, Berkaitan dengan pembicaraan tersebut di atas, maka sudah saatnya kita berintrospeksi dan mengkaji diri, yang tentunya akan selamat klo kita kembali kepada basicnya yaitu literatur, pedoman dan acuan yang telah disepakati oleh semua pihak, acuan yang tegas sebagai pola hidup dan berprikehidupannya. Tidak lagi bicara warna, kelompok, atau ras, kita lepas pakaian kita untuk sementara agar kita berpadu dalam satu tatanan sinergi (seperti dalam semboyan bersatu kita utuh bercerai kita runtuh). Kembali kepada pertanyaan siapakah orang yang baik? ‏و حدثني ‏ ‏سعيد بن يحيى بن سعيد الأموي ‏ ‏قال حدثني ‏ ‏أبي ‏ ‏حدثنا ‏ ‏أبو بردة بن عبد الله بن أبي بردة بن أبي موسى ‏ ‏عن ‏ ‏أبي بردة ‏ ‏عن ‏ ‏أبي موسى ‏ ‏قال قلت ‏ ‏يا رسول الله أي الإسلام أفضل قال ‏ ‏من ‏ ‏سلم ‏ ‏المسلمون من لسانه ويده ‏ ‏و حدثنيه ‏ ‏إبراهيم بن سعيد الجوهري ‏ ‏حدثنا ‏ ‏أبو أسامة ‏ ‏قال حدثني ‏ ‏بريد بن عبد الله ‏ ‏بهذا الإسناد قال سئل رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏ ‏أي المسلمين أفضل ‏ ‏فذكر مثله ‏ Sebagai contoh dan patut kita renungkan sebagaimana yang disabdakan oleh utusan Allah yakni Nabi Akhir Zaman Muhammad SAW bahwa "Orang yang baik adalah muslimin yang dapat memelihara dan menjaga orang lain dengan lisan dan tangannya dari gangguannya" (alhadits 22*). Hal ini kita bisa maklumi bahwa dari mulut dan lidah kita terucap kata dan bicara (lisan) yang notabene lidah tah bertulang kadang tanpa kita sadari bicara seenak dewe apakah itu sesuai dengan keadaan dan argumentasinya atau subyektif dalam berpendapat, seharusnya kita dudukkan perkara tersebut sesuai dengan porsinya dan potensi masing2. Kadang pula dari lisan ini tidak terasa mencibir, menghasut, mengatai/memaki, menghina dan memfitnah serta mengadu domba orang lain yang itu semuanya akan berakibat pada kerusakan dalam berinteraksi sosial yang akhirnya akan saling jotos dan saling meprovokasi, padahal klo kita kaji dan kita renungkan yang kita intimidasi dan kita introgasi adalah saudara kita sendiri yang memiliki keimanan yang sama dan memeiliki tanah air yang sama yaitu tanah Indonesia, alangkah baiknya kita gunakan untuk bermusyawarah dan kita selesaikan persoalan kita secara bersama tanpa harus gontok2an dan saling menyalahkan. Itulah pekerjaan lisan. Oleh karena itu kita punya hati dan akal budi untuk mengkaji dan berintrospeksi, makanya sebelum berucap alangkah baiknya kita coba jaga jangan asal bicara. Demikian pula tangan yang Allah berikan kepada kita bukan untuk digunakan sebagai alat kekuasaan atau kebuasan semata, akan tetapi tangan kita gunakan untuk menata kekuatan persatuan dan bekerja mengembangkan potensi dan kemampuan ini dalam membangun bangsa dan bernegara secara bersama, saling berjabat tangan dalam satu barisan kebhinekaan. Seperti hal dalam membangun gedung adalah menyatukan dari berbagai perbedaan matrial apakah semen, pasir, besi, air dan lainnya tidak harus lebih utama atau akulah yang paling baik dan paling kuat sehingga harus ditonjolkan. Tanpa terasa jari tangan kita menunjuk orang secara fitnah atau menunjuk tanpa dasar. Padahal klo diingat filsafat menunjuk itu lebih banyak kembali kepada diri kita sendiri, cobalah kita segera bercermin, merenung dan berintrospeksi. Demikian dalam berinteraksi sosial. Jangan agama yang dijadikan alasan, atau pemuas kebutuhan bahkan hanya memenuhi nafsu semata dalam meraih kekuasaan, atau perhiasan dunia. Kadang kita mengatas namakan agama bahkan ada yang berani dagang agama, sudah tentu pasti keuntungan semata yang dicari. Memang klo merujuk Firman Allah dan sabda rasulAllah kita harus amar ma'ruf nahi munkar...(apabila kamu melihat suatu kemaksiatan, kemusrikan, kezhaliman, kemesuman cegahlah dengan tanganmu, apabila tidak bisa maka dengan lisanmu dan bilamana dengan lisan juga tidak mampu maka cukup dihati 29*) bahwa perbuatan mungkar ini harus dicegah, akan tetapi bila terburu nafsu maka tangannyalah yang bicara, padahal klo tangan yang bicara tidak menyelesaikan masalahnya, sehingga tangan yang dimaksudkan adalah kekuatannya, atau power yang dimilikinya seperti bos lebih mudah mencegahnya dengan kekuasannya dengan ancaman pecat dan tindakan tegas. Ingat perintah Allah "serulah manusia kedalam jalan tuhannya dengan hikmah dan pelajaran yang baik atau membantah dengan cara yang baik" (16:125), lebih lanjut pula ditegaskan agar "bermusyawarahlah diantara kamu dalam urusanmu" dengan kata lain tidak menunjukkan yang provokatif bahkan telah dicontohkan oleh Nabiullah berulang-ulang diludahi musuh tidak membalas, bahkan diperlakukan dengan kebaikan. Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.” wallahu alam

Saturday 7 June 2008

Akibat Berbuat Maksiat

Akibat Berbuat Maksiat 1. Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. (HR. Aththusi) 2. Perbuatan dosa mengakibatkan sial terhadap orang yang bukan pelakunya. Kalau dia mencelanya maka bisa terkena ujian (cobaan). Kalau menggunjingnya dia berdosa dan kalau dia menyetujuinya maka seolah-olah dia ikut melakukannya. (HR. Ad-Dailami) 3. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Tiada dua orang saling mengasihi lalu bertengkar dan berpisah kecuali karena akibat dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya. (HR. Ad-Dailami) 4. Celaka orang yang banyak zikrullah dengan lidahnya tapi bermaksiat terhadap Allah dengan perbuatannya. (HR. Ad-Dailami) 5. Barangsiapa mencari pujian manusia dengan bermaksiat terhadap Allah maka orang-orang yang memujinya akan berbalik mencelanya. (Ibnu Hibban) 6. Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya. (HR. Tirmidzi dan Al Hakim) 7. Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Mashabih Assunnah) 8. Apabila suatu kesalahan diperbuat di muka bumi maka orang yang melihatnya dan tidak menyukainya seolah-olah tidak hadir di tempat, dan orang yang tidak melihat terjadinya perbuatan tersebut tapi rela maka seolah-olah dia melihatnya. (HR. Abu Dawud) 9. Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah. (HR. Abu Ya'la) 10. Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani) 11. Jangan menyiksa dengan siksaan Allah (artinya: menyiksa dengan api). (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi) 12. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat. (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi) 13. Apabila kamu menyaksikan pemberian Allah dari materi dunia atas perbuatan dosa menurut kehendakNya, maka sesungguhnya itu adalah uluran waktu dan penangguhan tempo belaka. Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt dalam surat Al An'am ayat 44 : "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu, mereka terdiam berputus asa." (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani) 14. Sayyidina Ali Ra berkata: "Rasulullah menyuruh kami bila berjumpa dengan ahli maksiat agar kami berwajah masam." (HR. Ath-Thahawi) 15. Bagaimana kamu apabila dilanda lima perkara? Kalau aku (Rasulullah Saw), aku berlindung kepada Allah agar tidak menimpa kamu atau kamu mengalaminya. (1) Jika perbuatan mesum dalam suatu kaum sudah dilakukan terang-terangan maka akan timbul wabah dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. (2) Jika suatu kaum menolak mengeluarkan zakat maka Allah akan menghentikan turunnya hujan. Kalau bukan karena binatang-binatang ternak tentu hujan tidak akan diturunkan sama sekali. (3) Jika suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan maka Allah akan menimpakan paceklik beberapa waktu, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. (4) Jika penguasa-penguasa mereka melaksanakan hukum yang bukan dari Allah maka Allah akan menguasakan musuh-musuh mereka untuk memerintah dan merampas harta kekayaan mereka. (5) Jika mereka menyia-nyiakan Kitabullah dan sunah Nabi maka Allah menjadikan permusuhan di antara mereka. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 16. Tiada seorang berzina selagi dia mukmin, tiada seorang mencuri selagi dia mukmin, dan tiada seorang minum khamar pada saat minum dia mukmin. (Mutafaq'alaih) Penjelasan: Ketika seorang berzina, mencuri dan minum khamar maka pada saat itu dia bukan seorang mukmin. 17. Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar. (Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali). Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau berucap palsu. (Ketika itu beliau sedang berbaring kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali, sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya). (Mutafaq'alaih) 18. Rasulullah Saw melaknat orang yang mengambil riba, yang menjalani riba dan kedua orang saksi mereka. Beliau bersabda: "Mereka semua sama (berdosanya)". (HR. Ahmad) 19. Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya, "Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?" Beliau lalu menjawab, "Laki-laki yang menyerupai perempuan, perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani) 20. Tiap minuman yang memabukkan adalah haram (baik sedikit maupun banyak). (HR. Ahmad) 21. Allah menyukai keringanan-keringanan perintahNya (rukhsah) dilaksanakan sebagaimana Dia membenci dilanggarnya laranganNya. (HR. Ahmad) 22. Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya (artinya, merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina). (HR. An-Nasaa'i dan Ahmad)

.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More